Wednesday, October 29, 2014

Berita Kematian Itu...



Jumat pagi, seperti biasanya. Tidak ada yang istimewa. Saya berangkat kerja, menjalani rutinitas hari-hari kerja. Hal yang istimewa mungkin karena esok paginya adalah hari libur.

Jumat pagi itu, aku menjalani aktivitas rutin : bertemu dengan klien, memenuhi appointment dengan untuk meeting dan konseling. Pun mereka datang menepati janji sesuai skedul yang kami sepakati. Satu per satu klien datang menunggu. Pada saat meeting dengan klien pertama, saya dikejutkan dengan telepon dari seorang teman yang mengabarkan bahwa di ujung sana, ayah saya meninggal. Deg!

Jantungku seperti berhenti seketika. Gelap sekali rasanya dunia ini. Badanku semboyongan, lemas seketika. Saya pamit kepada klien pertama saya dan meminta ijin untuk mengakhiri meeting. Bersyukur, mereka cukup mengerti dan mengucapkan duka cita.

Aku berlari menuju meja kerjaku dan menangis sejadi-jadinya. Teman-teman mengerubutiku dan berusaha menenangkan, bahwa kematian di Tanah Haram adalah hal yang baik, bahkan teramat baik. Aku, belum bisa terima dengan kabar itu. Aku masih sesegukan membayangkan betapa cepat kejadian itu tanpa aku melihat kejadian demi kejadian yang membuatku menjadi merinding.

Segera aku pulang menenangkan diri. Sebelumnya aku pamit kepada Kepala kantor dan seluruh rekan-rekan di ruangan. Dalam perjalanan pulang, hatiku dilanda gulana yang teramat. Aku memikirkan, bagaimana nasib ibuku di sana. Apakah ia cukup kuat menerima takdir ini? Bagi seorang perempuan yang sudah cukup repot dengan kondisi fisiknya, ibuku harus menanggung fakta bahwa suaminya meninggal tanpa ada saudara di sebelahnya. 

Hatiku coba menenangkan diri, bahwa kabar ini tak perlu diratapi. Di sana, Insha Allah akan banyak yang membantu, mengurusi jenazah dari A sampai Z. Walaupun, hati bergolak, aku tetap tak tahan membendung air mata ini. Aku teringat, bahwa akulah anak yang pertama memiliki inisiasi untuk menghajikan kedua orang tuaku. Mereka awalnya tidak percaya. Tetapi setelah diberikan kesempatan dan rizki, akhirnya ketidakpercayaan itu sirna. Daftar haji pun dimulai pada tahun 2010.

Dan, setelah menunggu 4 tahun lamanya, tepatnya di Jumat 17 Oktober 2014, takdir Ilahi menunjukkan kuasanya. Ayahku meninggal setelah ritual wajib Ibadah Haji selesai. Sementara Ibu, mudah-mudahan tetap kembali ke Tanah Air dengan selamat.

Love u, ayah & ibuku.

Kaulah orang yang paling berjasa dalam hidupku… Mudah-mudahan Allah ampuni dosa-dosamu…