Tuesday, August 20, 2013

The Ied Mubarak - 1434 Hijriy


Ini minggu pertama masuk kerja setelah libur panjang Lebaran 2013. Tahun ini, saya menghabiskan Libur Lebaran di Jakarta saja, berkumpul dengan keluarga istri. Jujur sih, ada perasaan sedih juga, apalagi pas malam Takbiran tiba, terkenang seribu satu memori masa kecil menghabiskan Malam Takbiran di kampung nun jauh di sana.

Sedikit muhasabah untuk Ramdhan tahun ini, Alhamdulillah saya dapat mengkhatamkan 30 juz bacaan Al Qur’an – tradisi baik yang mudah2an dapat menjadi bekal di hari nanti. Namun sayangnya, target ibadah shalat sunnah Tahajud kurang banget. Mungkin karena faktor M (malas) ya…? Mudah-mudahan tahun depan Allah masih mempertemukan kami di bulan mulia itu….

Oya, setelah Lebaran, Allah mengujiku dengan beberapa sakit. Sakit yang boleh dibilang ringan, tapi cukup mengganggu aktivitas. Bayangkan, pergelangan tangan saya “cuma” kesleo gara-gara salah tidur. Tapi walaupun “cuma” sakit kesleo di pergelangan tangan, itu cukup mengganggu aktivitas mandi (ambil air pakai gayung aja susaah dan sakiiit minta ampun!), aktivitas sholat (pada saat pergelangan tangan menyangga badan untuk bersujud, duhhhh sakitnya…), naik motor (tangan kan organ vital untuk menggerakkan stang gas)… dan aktivitas lain. Walhasil, saya kadang memaksa diri untuk melakukan aktivitas normal walaupun sambil meringis kesakitan.

Saya berfikiran, dengan sakit di bagian pergelangan tangan saja, aktivitas sehari-hari saja sudah terganggu. Bagaimana kalau sakit luka karena kecelakaan, tembakan atau pun yang lain. Na’udzubillah min dzalik. Mudah-mudahan Allah menjauhkan kita dari bencana dan sakit yang mendera.

Naaah, sakit yang kedua adalah pada kedua jempol kaki saya timbul bisul yang awalnya dari luka biasa. Mungkin karena saya tidak terbiasa menggunakan sepatu untuk aktivitas outdoor. Bisul itu cukup mengganggu mobilitas saya yang memang gemar berjalan kaki. Pakai celana & sepatu saja jadi aktivitas yang merepotkan. Pegel, cenat-cenut dan lain-lain campur aduk jadi satu…

Saya berfikir bahwa sakit yang menimpa kita adalah teguran untuk selalu hati-hati. Mungkin saya kurang hati-hati menjaga kebersihan kaki sehingga kaki saya sampai kena bisul. Atau mungkin saya harus berdoa sebelum tidur agar saya tidak salah posisi tidur. Atau mungkin-mungkin yang lain…

Ya gak?

PT KAI - Going To The Real Good Corporate Governance

Sorry, I post my blog in Bahasa...

Awal Juli lalu, saya kembali pulang kampung halaman setelah hampir 4 bulan tak pulang. Pulang kampung kali ini terasa lebih nyaman. Pasalnya, layanan moda transportasi berupa kereta api sekarang jauh lebih baik dibanding beberapa tahun sebelumnya. Saya pribadi sangat merasakan perbedaan layanan PT KAI. Beberapa hal yang perlu dicatat dari keberhasilan manajemen PT KAI di bawah komando Ignasius Jonan adalah :

1.     Penertiban kios permanen / non permanen dibongkar menjadi fasilitas publik (ruang tunggu, taman, tempat parkir, dll). Walaupun gagasan ini ditentang banyak pihak, saya sependapat bahwa memang seharusnya fasilitas publik harus dikembalikan fungsinya untuk publik. Kios-kios ilegal yang ada di stasiun, umumnya menjadi kantong-kantong kolusi oknum PT KAI dan pedagang yang menyewa kios tersebut. Padahal, tanah tersebut adalah milik negara yang harus dikembalikan fungsinya untuk publik. Seandainya peruntukannya untuk disewakan, harus ada perjanjian yang jelas dan pendapatannya masuk sebagai penerimaan negara bukan pajak (PNBP)
2.     Stasiun kini berubah tempat yang bersih dan nyaman, bukan tempat yang angker dan menjadi sarang preman. Sepanjang pengamatan saya, nyaris tak ada pengamen, tunawisma, pedagang asongan, malah sebaliknya banyak dijumpai petugas keamanan, polisis khusus kereta api (polsuska) yang siap membantu kita apabila kita memerlukan informasi.
3.     Nama penumpang harus sesuai dengan yang tertera dalam kartu identitas. Ini penting untuk mengurangi kesemrawutan calo dan risiko identifikasi kecelakaan lalu lintas. Penumpang diperkenankan masuk ke peron setengah jam sebelum kereta berangkat. Hal ini dilakukan untuk mengurangi penumpukan penumpang di peron.
4.     Tidak ada penumpang yang berdiri. Semua penumpang mendapatkan tempat duduk. PT KAI tidak diperkenankan menjual tiket berdiri. Beda banget waktu zaman dulu, penumpang berdesak-desakan di koridor gerbong kereta
5.     Semua kereta jarak jauh, baik kelas ekonomi maupun bisnis, menggunakan fasilitas pendingin udara (AC). Walaupun penumpang harus membayar selisih harga lebih mahal, tetapi tidak masalah kalau memang tujuannya untuk kenyamanan bersama.
6.     Tidak ada pedagang ataupun pengemis masuk ke dalam gerbong kereta sekalipun kereta tersebut sedang transit di stasiun pemberhentian. Polsuska siap mengusir pedagang yang kedapatan masuk ke dalam gerbong kereta.
7.     Toilet di semua stasiun gratis, bersih pula. Di depan pintu tertulis besar-besar tulisan “GRATIS”. Si penjaga toilet juga rajin bersih-bersih setelah lantai kotor diinjak-injak penumpang yang selesai menggunakan toilet. Hmmm.. malah sempat berfikir untuk memberikan uang tip kepada si penjaga toilet karena begitu rajin dan ikhlas bekerja di sana. Untuk toilet di dalam kereta, boleh dibilang bersih, ada air kran yang mengalir, tisu dan sabun cuci tangan di dalamnya.

Ya, itu dia sekelumit ceritaku mengenai layanan PT KAI yang sedang mengalami perubahan. Perubahan menuju ke yang lebih baik tentunya! PT KAI layak dinilai sebagai salah satu public corporate yang sedang giat-giatnya membangun budaya perusahaan yang lebih baik!

Menurutmu?