Tulisan ini dibuat
secara sungguh-sungguh, aktual, dan suka rela demi mengisi waktu luang di
sela-sela jam kerja yang super padat. Tidak ada disclaimer apa pun terhadap tulisan ini. Penulis hanya ingin
menyampaikan fakta, pemikiran, ide, dan
impian untuk disajikan kepada para Pembaca tanpa ada tendensi dan kepentingan
apa pun. Isi dari tulisan ini tidak mencerminkan pribadi penulis atau pun
korporasi di mana penulis mencari nafkah. Demikian. Selamat menikmati ya!
Thursday,
31 October 2013
Hari terakhir di
bulan Oktober 2013. Berarti masih tersisa dua bulan lagi di tahun 2013. Bekerja
di korporasi ini pada masa seperti ini layaknya sopir
kejar setoran. Semua effort dilakoni demi mengejar target agar tercapai.
Tetapi, parahnya raihan prosentase sampai hari ini baru mencapai angka 67%.
Dan, sampai akhir tahun diprediksi hanya akan mencapai angka 87%.
Saya sempat berfikir,
sebelum kantor ini menerapkan good corporate governance, tidak ada
yang peduli dengan masalah penerimaan (sales). Karena
laporan penerimaan bisa dipermak sedemikian rupa. Hasilnya pun laporan asal
bapak senang. Belum ada sistem yang dapat melihat langsung kinerja cabang mana
yang paling bagus sampai yang paling jelek.
Lain dulu lain
sekarang. Kinerja suatu kantor sangat tergantung dengan laporan penerimaan.
Dan, laporan penerimaan tidak bisa dimanipulasi lagi. Bagi kantor yang rapor
penerimaannya masih merah alias waspada, harus siap menerima pil pahit : kepala
kantornya dimutasi jauh, dan insentif kantor tidak menerima fully 100%. Duh!
Friday, November 01,
2013
Ini
adalah gambar yang saya ambil tadi pagi sekitar pukul 6 pagi di halaman sebuah bank plat merah di
dekat rumah. Terlihat antrian mengular mulai dari pintu masuk bank yang memang
belum dibuka dan berakhir di
trotoar jalanan. Antrian ini akan terus bertambah sampai bank tersebut buka pada pukul 8 nanti.
Siapa
mereka? Mereka adalah para pensiunan yang akan mengambil uang pensiun tiap awal
bulan. Terlihat dalam gambar, siapa pemilik antrian paling depan? Dia adalah
seorang bapak renta yang sudah tidak mampu berdiri dan duduk di sebuah kursi
berwarna oranye. Pukul berapa kira-kira si bapak renta ini datang demi
mendapatkan antrian paling depan? Berapa
lama mereka menunggu? Tentu saja, menunggu adalah pekerjaan yang melelahkan
meskipun menunggu uang pensiun.
Saya
berharap, di masa tua saya nanti, saya tidak harus rela antri demi
rupiah pensiun yang memang sangat berarti seperti
halnya mereka. Saya ingin memiliki tabungan yang cukup sampai kelak
anak-anakku mandiri dan sejahtera
sehingga saya tidak perlu antri tiap awal bulan di subuh kala…
#belum
sempat data foto diambil, ponsel saya rusak dan terpaksa dijual.
Mon,
11 November 2013
Akhir
pekan lalu, saya menghabiskan waktu di sebuah mall baru di daerah Bekasi. Mall
yang bertajuk Grand Metropolitan tersebut berlokasi cukup strategis, tepatnya
sekitar 500 meter dari pintu tol Bekasi Barat. Mall yang dikembangkan oleh
Metropolitan Grup ini rupanya ingin mengulang kesuksesan dua proyek sebelumnya,
yakni Metropolitan Mall 1 dan 2 yang okupansinya telah terisi penuh oleh para
tenant. Lokasinya pun tidak jauh dari kedua proyek sebelumnya, hanya 100 meter
sesudah melewati pemukiman elite Taman Vila Baru. Mall Grand Metropolitan dapat
pula dijangkau melalui Jalan Raya Kalimalang, belok kanan tepat di putaran
Rumah Sakit Awal Bros, apabila dijangkau dari arah Jakarta.
Saya
takjub dengan Mall Grand Metropolitan bukan karena bangunannya yang megah atau
tenant-nya yang memang dikhususkan untuk pembeli berduit, melainkan masjidnya
yang bagus dan bersih. Rupanya pengembang mall ini ingin memanjakan pengunjung
untuk berlama-lama belanja di mall tanpa harus meninggalkan kewajiban shalat.
Tidak
seperti mall lain yang biasanya menempatkan masjid di posisi belakang dan
kadang nyempil di antara toilet yang pengap, lokasi masjid di Grand
Metropolitan sangat strategis, tepatnya di Lower Ground, tepat di pintu masuk
apabila melalui Parkir LG1. Masjidnya bersih dan luas. Seluruh ruangan
menggunakan mesin pendingin udara yang sangat dingin. Lantainya keramik putih
dan bersih. Ruang wudhunya cukup bersih dilengkapi dengan kran air yang
memadai. Tersedia pula loker tempat penitipan barang berharga dilengkapi ruang
tunggu dengan kursi berbentuk bintang dengan bentuk yang sangat modern.
Saya
bersyukur, banyak pengembang membangun masjid di pusat perbelanjaan atau pun
fasilitas publik sehingga kita tidak kesulitan apabila hendak menunaikan ibadah
shalat. Tetapi yang harus diperhatikan adalah, hendaknya masjid yang dibangun
tetap dijadikan sarana syiar dan pusat interaksi antara umat dan lingkungan
sekitar. Bukan sebagai kelengkapan mall belaka.