Jumat pagi, seperti biasanya. Tidak ada yang istimewa.
Saya berangkat kerja, menjalani rutinitas hari-hari kerja. Hal yang istimewa
mungkin karena esok paginya adalah hari libur.
Jumat pagi itu, aku menjalani aktivitas rutin :
bertemu dengan klien, memenuhi appointment dengan untuk meeting dan konseling.
Pun mereka datang menepati janji sesuai skedul yang kami sepakati. Satu per
satu klien datang menunggu. Pada saat meeting dengan klien pertama, saya
dikejutkan dengan telepon dari seorang teman yang mengabarkan bahwa di ujung
sana, ayah saya meninggal. Deg!
Jantungku seperti berhenti seketika. Gelap sekali
rasanya dunia ini. Badanku semboyongan, lemas seketika. Saya pamit kepada klien
pertama saya dan meminta ijin untuk mengakhiri meeting. Bersyukur, mereka cukup
mengerti dan mengucapkan duka cita.
Aku berlari menuju meja kerjaku dan menangis
sejadi-jadinya. Teman-teman mengerubutiku dan berusaha menenangkan, bahwa
kematian di Tanah Haram adalah hal yang baik, bahkan teramat baik. Aku, belum
bisa terima dengan kabar itu. Aku masih sesegukan membayangkan betapa cepat
kejadian itu tanpa aku melihat kejadian demi kejadian yang membuatku menjadi
merinding.
Segera aku pulang menenangkan diri. Sebelumnya aku
pamit kepada Kepala kantor dan seluruh rekan-rekan di ruangan. Dalam perjalanan
pulang, hatiku dilanda gulana yang teramat. Aku memikirkan, bagaimana nasib
ibuku di sana. Apakah ia cukup kuat menerima takdir ini? Bagi seorang perempuan
yang sudah cukup repot dengan kondisi fisiknya, ibuku harus menanggung fakta
bahwa suaminya meninggal tanpa ada saudara di sebelahnya.
Hatiku coba menenangkan diri, bahwa kabar ini tak
perlu diratapi. Di sana, Insha Allah akan banyak yang membantu, mengurusi
jenazah dari A sampai Z. Walaupun, hati bergolak, aku tetap tak tahan
membendung air mata ini. Aku teringat, bahwa akulah anak yang pertama memiliki
inisiasi untuk menghajikan kedua orang tuaku. Mereka awalnya tidak percaya.
Tetapi setelah diberikan kesempatan dan rizki, akhirnya ketidakpercayaan itu
sirna. Daftar haji pun dimulai pada tahun 2010.
Dan, setelah menunggu 4 tahun lamanya, tepatnya di
Jumat 17 Oktober 2014, takdir Ilahi menunjukkan kuasanya. Ayahku meninggal
setelah ritual wajib Ibadah Haji selesai. Sementara Ibu, mudah-mudahan tetap
kembali ke Tanah Air dengan selamat.
Love u, ayah & ibuku.